Kemarin sore saya mengupas sebuah mangga harum manis, periode ini kebetulan mangga banyak bertebaran di sekitar pasar ciputat, ya tepat sekali sekarang lagi musim buah mangga.
Ada hal yang mengharukan buat saya dan mungkin untuk keluarga saya lainnya terutama dua orang adik saya yang sekarang sudah menjadi ‘orang’ nun jauh disana, di Medan dan di bagian Jakarta lainnya. Dulu, ketika kami bersekolah di sekolah dasar, alhamdulillah jarak usia kami tidak terlampau jauh, kami selalu berebut biji mangga, plok mangga, begitu kami menyebutnya. Kami selalu mengurung Babeh yang sedang mengupas mangga, sebuah mangga yang biasanya dibagi-bagi untuk semua anggota keluarga, terutama emak, kakak perempuan saya, saya dan kedua adik saya (adik bungsu belum lahir saat itu).
Seiring irisan mangga habis, saat itulah (menurut saya) muncul dilema buat Babeh, dilema itu ialah kepada siapa plok mangga itu diberikan. Tak jarang kami menghisap plok itu bergantian,.. terdengar jorok tapi itulah kami. Sering pula adik saya nangis karena saat itu bukan gilirannya dapat plok mangga.
Haru sekaligus bangga karena itulah yang membuat eratnya ikatan persaudaraan kami. Thanks God.
